Sebuah Catatan Dalam Buku “13 Hari Menuju Pulang”
Anshar Aminullah (Mantan Ketua Remaja Masjid Nurul Fatwa)
Bagaimana mungkin kami bisa produktif menghasilkan program kerja, sebagai upaya menghidupkan masjid di RW kami bernama Nurul Fatwa, jika tak ada ruang fisik bernama rumah untuk berbagi ide dan gagasan.
Atau kira-kira seperti apa masa depan para anak-anak Santri kami kala itu, jika seandainya tak ada tempat dan izin akses pemanfaatan bernama halaman luas dan rindang tepat di samping rumah tersebut.
Saya masih ingat dengat jelas, kebaikan hati dari seorang perempuan baik, sosok ibu ramah dan bijak bernama Hj. Andi Bugiana Petta Cinnong bersama sang suami yang kami panggi bapak Prof Arief Tiro untuk memanfaatkan rumah lama ini dengan beragam aktivitas positif.
Di rentang tahun 2000 – 2002, puluhan remaja masjid berkumpul di tempat tersebut layaknya sebuah ruang terbuka. Tak hanya bercanda ria, namun suasana religius selalu menyertai.
Setiap adzan berkumandang, di rumah itulah kami start bareng ke masjid dan kembali berkumpul di tempat yang sama melanjutkan pikiran dan gagasan terbaik kami. Bahkan tak jarang nginap walau hanya beralaskan tikar, namun kami bahagia dengan suasana dan kondisi itu.
Sesekali ibu puang haji ini singgah menyapa kami, hanya sekedar memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Bahkan tak jarang jika ada kue-kue dari rumah baru tempat bermukim beliau yang tak jauh dari lokasi rumah lama ini, beliau kadang titipkan pada senior kami yang telah mendahului beberapa tahun lalu, Alm. Kak Naja.
Puluhan remaja masjid itu kini telah terpencar di berbagai tempat dengan beragam profesi. Mulai dari pengusaha, teknisi, wiraswasta, manager di perusahaan terkenal, guru, dan dosen dengan basis intelektual dan religiusitas yang meyakinkan.
Bahkan 4 orang diantaranya menjadi dua pasangan, dan memutuskan melanjutkan hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan. Rupanya cinta mereka bersemi disela-sela kami sibuk mengurus kegiatan remaja masjid di rumah lama ini kala itu.
Semuanya bermula dari rumah milik ibu yang baik hati ini. Buku-buku yang masih layak baca milik sang suami masih tersisa banyak dibeberapa sudut, yang aktif dibaca untuk menambah khazanah keilmuan kami. Itu pulalah yang membentuk karakter intelektual kami, sehingga aktivitas akademik di kampus mampu dijalani dengan baik bahkan sarat prestasi.
Kini ibu yang baik hati itu telah pergi untuk selamanya. Sebuah kepergian menghadap Ilahi yang begitu Indah, dengan senyuman khas dan muka yang bersinar cerah terlihat dalam proses kembali kepangkuan Rabbnya tepat setahun lalu.
Beliau adalah seorang ibu yang segala kebaikannya akan selalu kami kenang. Dia adalah sosok ibu yang dengan segala ketulusannya yang secara tak langsung mampu melahirkan remaja-remaja islami, remaja masjid yang istiqomah dalam mengurusi rumah Allah.
Pun dengan lahirnya para santriawan-Satriwati yang selalu penuh semangat untuk latihan, disetiap kegiatan dan perlombaan yang akan mereka ikuti, dirumah lama penuh kenangan ini semuanya berpadu dan menyatu.
Dia adalah ibunya para remaja masjid Nurul Fatwa yang telah pergi, namun akan selalu kembali di setiap kenangan baik kami atas ketulusan dan segala keikhlasannya.
Teruntuk Ibu Hj. Andi Bugiana Petta Cinnong
Kami Rindu…!