Elegi Di Milad Alamamater (Refleksi 21 Tahun UIT)

3 minutes reading
Tuesday, 4 Jul 2023 21:07 0 1282 Anshar Aminullah
 

Apa kabar almamater?
Hari ini 5 Juli jika tak salah umurmu 21 tahun yah? Lupa-lupa ingat saya. Sama dengan kebiasaan lupa-lupa ingat pada bakti dan jasa orang-orang yang dahulu merawatmu, disetiap peristiwa pergantian struktural.

Usia dewasamu ditahun ini momentumnya kurang asyik. Statusmu turun, DIBINA oleh pemegang kendali di pusat, berharap tak berlanjut SAKAN oleh kehendak zaman dan keadaan.

Sebab dalam perjalanannya dirimu selalu lihai lolos dari keterpurukan. Namun entah mengapa kali ini pesimistis dalam diri saya agak sulit teredam. Semoga ini hanya kondis Baper saya saja akibat gagal move on mikirin Ampra semester lalu, yang masih belum berstatus “sumber air su dekat”.

Tahun ini dirimu berpotensi tak bisa menerima anggota keluarga baru yang menasbihkanmu sebagai almamaternya. Sedih sih, tapi apa hendak dikata, dengar-dengar para The Avengers mu keburu ditake over kerjaannya setelah ‘Thanos’ berhasil digagalkan saat hendak menghilangkanmu dari peredaran oleh karena sanksi.

Usia 21 tahun bukan lagi saatnya engkau diajari untuk belajar mandi wajib, namun saatnya wajib mandi sering engkau lakukan, agar engkau bersih dan dapat memikat kembali orang-orang yang menatapmu dari kejauhan.

Usia dewasa di 21 tahun ini memang adalah masa dimana engkau seyogyanya dipuja-puji karena elok dan anggungnya setiap gerakmu. Dulu saat masih berusia remaja pun engkau banyak memikat dan membuat orang jatuh cinta kepadamu.

Namun karena polosnya dirimu, dengan mudah engkau direbut oleh sekelompok orang berkedok cinta namun sesungguhnya nafsu memperkosanya yang jauh lebih dominan. Dan itu kadangkala berulang dan berulang.

Sialnya lagi adalah saat semua yang telah engkau miliki telah mereka renggut, kepalamu mereka benturkan keatas batu cadas, yang mengakibatkan engkau hilang ingatan sehingga engkau melupakan jati dirimu, sejarahmu, segala hal tentang keberhasilanmu dimasa lalu, dan cita-cita mu dimasa mendatang.

Tubuhmu sekarang kering keronta, nyaris tanpa asa lagi di matamu. Dan konon dari berita berseliweran, dikondisimu yang memprihatinkan, masih saja ada yang memperkosa tubuhmu hingga jelang binasa.

Saya berharap semoga saja itu hanya berita yang tak terbukti kebenarannya. Yang jelas, perlu engkau ketahui, bahwa engkaulah cinta pertamaku, dan cinta pertama ribuan mahasiswa dan mahasiswi yang pernah menjalani masa indah bersamamu.

Masa yang penuh dengan rasa cinta yang tulus tanpa nafsu merusak. Kita saling menjaga, saling mengasihi hingga berpisah karena jarak namun cinta itu tetap tersimpan dengan rapi dalam hatimu dan hati kami.

Semoga semuanya akan baik-baik saja dan bisa terlewati walau itu sebatas menanti keajaiban. Saat doa ini teriring, saya masih mengalunkan sebait nada mars yang menjadi harapan kami “Universitas Indonesia Timur, berjaya sepanjang Masa”.
Almamater, bertahanlah. Doa terbaik kami dari kejauhan akan selalu teriring untukmu.