Sejawat Yang Tak Pernah di Anggap

3 minutes reading
Friday, 8 Mar 2024 23:04 0 1284 Anshar Aminullah
 

Tak sengaja untuk kesekian kalinya mendapati tulisan lama di catatan smartphone saya. Tulisan ini seingat saya adalah apresiasi saya atas persoalan yang menimpa salah satu rekan sejawat saya sesama Dosen di salah satu PTS. Kesan emosional dan kritik mewarnai tulisan ini.

#prolog 2

Slamat malam jelang dini hari teman-teman sejawat di Group ini.

Sejak dua jam tadi mata saya agak sulit terpejam. Ada perasaan gelisah dan beban psikologis yang mengganggu pikiran saya mulai sehabis magrib Senin tadi. Sebuah kalimat sederhana yang dikirim lewat Whatsapp oleh teman saya, dan mungkin sekali adalah juga teman dari anggota dari group ini. “Alhamdulillah besok sdh keluar SK pemberhentian sy di kampus tempat mengajar kita pak” .

Kita tak usah berpolemik lama dengan kalimat ini. Namun peristiwa macam apa yang telah menimpa rekan sejawat kita ini sehingga harus membuat dia mengakhiri pengabdiannya di kampus swasta tersebut??

Saya kenal Wanita ini cukup cerdas dan asyik cara berfikirnya. Bukan hanya karena dia Doktor Hukum, tapi basic attitudenya memang layak diacungi jempol. Kesabarannya dalam menjalani keterbatasan pembayaran gaji dan honor mengajar di kampus kita ini cukup bisa kita acungi jempol. Ini dikarenakan komitmen fullnya dalam mencerdaskan anak bangsa lewat pendidikan dikampus. Kalimat itu berkali-kali dia sampaikan kesaya dalam waktu yang berbeda.

Dan besok, adalah hari terakhir kebersamaan kita dengan wanita cerdas aset kampus dimasa depan ini. Konon suaminya sendiri yang akan mengantar dia, dan akan mendapat support full atas keputusannya.

Saya mungkin tak akan menjabarkan persoalan yang menyebabkan keputusan ini dia ambil. Sebab saya yakin kita memiliki perspektif berbeda. Namun sebagai bentuk care kita sesama dosen, tak salah jika menghubungi secara pribadi untuk menanyakan masalah yang menimpanya, berdasarkan perspektif dia tentunya. Ini penting, sebab kejadian ini sangat berpotensi menimpa kita semua.

Jika diizinkan menyentil sedikit (mungkin Tuhan tak marah), bahwa persoalan etik dan moralitas tenaga pembimbing kita dikampus ini sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Ada bibit kanker ganas yang sedang menggerogoti Universitas ini.

Yang lambat laun, jika melihat geliat kita dan kepedulian menginput gagasan serta sedikit kritikan pada pengampuh kebijakan dilevel struktural atas, nyaris tidak pernah dilakukan, maka ini almanak kita berada diambang kematian sistem secara permanen dalam lingkup akademik kita.

Tak usah ditanggapi berlebih tulisan ini, silahkan dijadikan saja sebagai bacaan pengantar tidur atau penyambut subuh. Sebab ini mungkin tak penting-penting amat. Kita mungkin telah disibukkan dengan urusan BKD dan pelaporan JAFUNG masing-masing.

Kita telah menjadi apatis, oleh karena fokus mengajar dikelas walau ampra sudah bersemester-semester tak kunjung terbayar. Kita telah menjadi robot bagi dunia akademik, memburu target jurnal ilmiah agar terindeks scopus dan masuk Sinta.

Tak usah pedulikan kasus yang menimpa rekan kita Si wanita cerdas dan penyabar serta murah senyum ini. Karena itu tak penting dan tak ngefek buat kita. Itu hanya menjadi beban pikiran saja jika diambil hati. Tak usah menghubungi dia sebagai bentuk kepedulian dan support mentalitas psikis bagi si wanita ramah ini, itu mubazzir. Sebab kejadian ini sudah lumrah dan kerap terjadi di kampus ini. Dua hari juga biasanya orang akan melupakan ini kok, santai saja.

Namun ingat, kondisi tak baik-baik saja ini akan berefek domino. Bukan cuma berpotensi menimpa yang lain dimasa yang akan datang, tapi mungkin beberapa minggu atau bulan kedepan arisan kita bakal kena giliran juga.
Dan catat!! Keikhlasan dalam penegakan etika dan moralitas sebagai pembimbing tesis yang telah dilakukan teman kita ini, akan mengundang energi-energi positif dari tempat lain.

Hukum alam dan hukum langit akan selalu berlaku atas ketidakadilan sikap dan balasan kita pada orang-orang ikhlas seperti ini. Percayalah…